Oct 31, 2008 - 'Time Based': Guru 'senior' tidak puas hati terhadap 'junior'. Kementerian Pelajaran dalam proses kenaikan pangkat guru siswazah dan guru bukan. Garis Panduan Mengulang/Menduduki Semula Kursus PTK. Maklumat lanjut mengenai penyediaan kertas tugasan adalah seperti di Lampiran A.
Semenjak berlangsungnya reformasi di bidang pendidikan dii tanah air, tak luput reformasi menyentuh pada profesi guru sebagai ujung tombak di kelas dalam kerangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai salah satu pekerjaan profesi yang setara dengan dengan profesi lainnya seperti dokter, pengacara, musisi, akuntan dan sebagainya. Penetapan ini tentu saja membawa konsekwensi bahwa guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan profesionalitasnya seiring dengan peningkatan kesejahteraan yang diperolehnya.
Judul PTK Pada umumnya diawali dengan kata Penggunaaan atau kata Peningkatan, atau kelompok kata Upaya Meningkatkan. Selain itu, judul PTK harus memuat empath al, yaitu penyakit (KD apa yang tidak tuntas), obat (tindakan apa yang akan digunakan), pasien (siswa kelas berapa) dan rumah sakit (SD/SMP/SMA mana) Contoh: (1) Peningkatan kemampuan memahami jenis bangun dengan menggunakan media PARET siswa kelas V B SD Negeri Petamanan Pasuruan (2) Penggunaan Metode Tadarus untuk meningkatkan kemampuan memahami jenis-jenis paragraf siswa kelas X SMAN 2 Surabaya. Memiliki prosedur yang benar Sebuah PTK selalu ditandai dengan adanya siklus, bisa dua siklus, bisa juga tiga siklus. Tidak pernah ada sebuah PTK yang hanya ada satu siklus karena belum terlihat adanya peningkatannya. Kalau dibandingkan dengan prasiklus, bukanlah PTK, tetapi penelitian eksperimen.
Hasil prasiklus sebagai kelompok kontrol, sedangkan hasil siklus satu merupakan kelompok eksperimen.Begitu juga tidak pernah ada PTK yang memiliki lebih dari tiga siklus karena kalau itu terjadi berarti tindakannya perlu diganti atau obatnya tidak manjur. Mengenai berapa pertemuan setiap siklusnya? Memang ada yang mengatakan bahwa setiap siklus diusahakan memiliki lebih dari satu pertemuan karena kalau hanya satu pertemuan dianggap program remidi, bukan PTK. Judul karya tulis ilmiah tidak harus kalimat pasif, tergantung dari jenis karya tulisnya. Kalau karya tulis ilmiah berpentuk artikel populer harus singkat, provokatif dan sesuai dengan isi. Untuk artikel ilmiah hasil penelitian harus tampak variabel penelitiannya.
Untuk PTK tampak penyakit, obat, pasien, dan rumah sakitnya. Untuk isi laporan penelitian hendaknya tidak bersifat subjektif sehingga perlu diubah menjadi kalimat pasif, misalnya Dalam penelitian ini saya merumuskan masalah sebagai berikut HARUS DIGANTI Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Yang saya ketahui, singkatnya- untuk melakukan siklus berikutnya itu kan tergantung rekomendasi dari siklus sebelumnya, dan tindakan yang dilakukan-pun tergantung rekom dari siklus sebelumnya. Jadi, melanjutkan siklus yang direncanakan atau tidak, tergantung apakah semua indikator keberhasilan itu sudah tercapai apa belum.
Dan jarang ada PTK yang 1 siklus sudah selesai, karena biasanya faktor yg diselidiki itu menyangkut banyak hal. Kemudian kalau hanya 1 siklus, dikhawatrikan. SESUATU/KEBERHASILAN YANG SUDAH DICAPAI PADA SIKLUS PERTAMA ADA KEMUNGKINAN BISA LEBIH BAIK LAGI jika treatment dilanjutkan, akan tetapi jika hasilnya sdh mentok berarti treatment sdh dihentikan di akhir siklus kedua. Itu kira2 yg saya tahu, kenapa kok diupayakan minimal dua siklus.
Pada dasarnya melakukan PTK itu kan berupaya untuk memecahkan masalah yg dihadapi. Apa tidak ingin, jika masalah itu terpecahkan secara maksimal?, Seperti dokter pada saat menangani pasiennya. Tindakan yang dilakukan selanjutnya tergantung dari perkembangan sebelumnya. Dan dokter akan menghentikan treatment jika hasilnya sdh maksimal. Itu nurut saya. Inti dari PTK adala untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sebuah KD dengan menggunakan tindakan tertentu. Untuk teori aslinya, memang PTK bisa saja satu siklus.
Masalahnya sekarang, kalau hanya satu siklus, hasilnya dibandingkan dengan apa? Kalau dibandingkan dengan prasiklus, berarti bukan sebua PTK, tetapi penilitian eksperimen.
Prasiklus sebagai kelompok kontrol dan siklus 1 sebagai kelompok eksperimen. Mengenai perlu dua siklus, tiga siklus atau empat siklus tergantung dari hasil releksi pada siklus sebelumnya dan ketercapaian kriteria yang sudah ditetapkan. Kalau lebih dari tiga sampai empat siklus, berarti tindakan yang kita pili tidak sesuai atau tidak tepat sama dengan obat yang tidak ampu atau tidak bisa menyembukan. Hal itu berarti obatnya perlu diganti atau tindakannya diganti.
Permasalahan dalam penelitian adalah apakah melalui metode discovery dapat meningkatkan keaktidan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IX SMPN 3. Tahun Pelajaran 2014/2015? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui metode IX SMPN 3. Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa.
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa observasi selama proses pembelajaran berlangsung, hasil observasi aktivitas siswa, hasil evaluasi siswa serta dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode discovery dapat meningkatkan keaktifan siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 12 siswa atau 36,36%, naik menjadi 18 siswa atau 54,55% pada siklus pertama, dan 93,94% atau 31 siswa pada siklus kedua. Hal tersebut didukung pula oleh kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya 56,67 naik menjadi 63,33 pada siklus pertama, dan 71,21 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (18,18%) pada studi awal, 42,42% atau 14 siswa pada siklus pertama, 29 siswa atau 87,88% pada siklus dan masih terdapat 4 siswa (12,12%) yang belum tuntas belajarnya. Dengan adanya peningkatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IX SMPN 3.
Tahun Pelajaran 2014/2015. Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah apakah dengan penggunaan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil siswa? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggunaan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya terdapat dua pertemuan dengan menggunakan media gambar. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi murid-murid.
Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahawa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa.
Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan yang dinamis. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memiliki andil besar terhadap keberhasilan pengajaran. Berkaitan dengan hal tersebut guru dituntut mampu menguasainya dan mampu memilih untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang sesuai dan Guru harus memiliki strategi untuk menyampaikan ilmu kepada peserta didik, sehingga peserta didik benar-benar memahami apa yang disampaikan guru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SMPN 3., menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada materi IPS masih rendah, siswa kurang aktif dan kurang perhatian dalam pembelajaran, persentase hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS rendah. Hanya sekitar 18,18% (6 orang) dari jumlah 33 siswa yang diajar yang paham dan tuntas pada materi yang diajarkan.
Selain itu, pembelajaran juga lebih banyak berpusat pada guru.Pengajaran IPS selama ini belum mampu membina keterampilan hubungan sosial para siswanya. Untuk itu program pengajaran harus mampu menyajikan masalah lingkungan kehidupan anak. Dengan demikian, berbagai kesulitan siswa dalam pembelajaran IPS khususnya pada kompetensi dasar mendeskripsikan perubahan sosial-budaya pada masyarakat harus diatasi oleh guru yakni mampu mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan materi IPS, salah satunya adalah penggunaan metode discovery. Discovery merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku (Hanafiah dan Suhana, 2012: 77). Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Pendekatan discovery dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari dan dengan menggunakan metode discovery ini, pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik.
![Bkn Bkn](/uploads/1/2/5/6/125637020/676467208.jpg)
Menurut Rifa’I (dalam Saputra (2011:17) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik/siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangakan menurut Handayani (dalam Saputra (2011:17) hasil belajar terdiri dari tiga aspek penting yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif berupa pemahaman siswa terhadap materi. Hasil belajar afektif berupa perubahan tingkah laku dan sikap. Hasil belajar psikomotor berupa keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar.
Hasil belajar merupakan hasil akhir (umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai belajar) yang diperoleh siswa terhadap serangkaian kegiatan evaluasi yang dilakukan guru baik ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil yang diperoleh dapat dikategorikan sangat baik, baik, cukup atau kurang, sesuai dengan standar penilaian yang ditetapkan oleh sekolah tersebut. Hasil belajar adalah keadaan individu yang dapat menguasai hubungan antara bagian informasi dengan yang telah diperolehnya mengenai proses belajar. Harus selalu kita ingat bahwa hasil belajar bukan hanya dilihat pada satu aspek saja, namun hasil belajar merupakan gabungan seluruh aspek yang dirangkaikan dalam suatu rangkaian yang saling berhubungan secara komprehensif. Proses penagajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar.
Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Menurut Purwanto (2013: 44) hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Oleh karena itu, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar di kelas. Hasil tersebut dapat berupa penguasaan konsep/pengetahuan, perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, dan peningkatan keterampilan.
Hanafiah dan Suhana (2012: 77) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didikuntuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Membimbing siswa untuk menemukan hal-hal yang baru bagi siswa berupa konsep, rumus, pola, dan sejenisnya (Jamila, dkk, 2011: 82). Discovery Learning dari Bruner (dalam Hasugian, 2013: 4) merupakan model pengajaran yang melambangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pemnbelajaran dalam prinsip konsruksitivis dan discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimasud dengan metode discovery pada pelajaran IPS adalah suatu metode pembelajaran yang system pembelajarannya lebih berpusat pada siswa dalam rangka untuk menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan dan sikap.
Berdasarkan kajian teoritik yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh alur kerangka berpikir bahwa kondisi awal di SMPN 3. Pembelajaran IPS di kelas IX lebih banyak berpusat pada guru, guru lebih banyak berceramah. Siswa hanya sebagai pendengar, kondisi seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan enggan belajar IPS. Akibatnya prestasi belajar IPS siswa rendah. Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan metode pembelajaran guided inquiry - discovery dalam proses pembelajaran IPS. Peneliti akan memberi motivasi pada siswa dengan memberi penguatan agar siswa merasa senang.
Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi akhir, yaitu keaktifan dan prestasi hasil belajar IPS siswa kelas SMPN 3. Dapat meningkat, dan diswa lebih senang dan tertarik untuk belajar IPS.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran (gambar 2) sebagai berikut.